Selasa, 01 Juli 2008

peritiwa dala bidang pedidikan

Apa yang paling anda butuhkan dalam kondisi saat ini ?
Tersedianya lapangan kerja
Peningkatan pendidikan keterampilan kewirausahaan secara gratis
Kemudahan mendapatkan modal usaha bagi pengusaha/pengrajin kecil








kanan bawah
:: Berita ::
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

08 July 2003

Oleh : Haryono Suyono

Jakarta, KBI gemari
Minggu ini, para guru yang tergabung dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), mengadakan Kongres yang ke XIX di Semarang. Dalam kesempatan itu, Presiden RI, Ibu Megawati Soekarnoputri, menyempatkan datang untuk memberikan sambutannya. Peritiwa itu secara kebetulan bersamaan dengan peringatan Hari Kependudukan Dunia, 11 Juli 2003, yang diselenggarakan oleh seluruh umat manusia yang bercita-cita menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan. Pada waktu yang sama juga sedang diselenggarakan Temu Akbar Pramuka, Raimuna, di Yogyakarta. Dan hari ini adalah bertepatan dengan peringatan Hari Koperasi yang memperingatkan kita semua bahwa perekonomian Indonesia harus dibangun dengan kerja keras dalam semangat gotong-royong penuh makna

Rentetan peristiwa itu mempunyai makna dan pesan yang sangat mendalam dan mengharukan. Indonesia harus segera dibebaskan dari kemelut multidemensi yang sangat mencekam dewasa ini. Dengan jumlah penduduk sangat melimpah, yang karena keberhasilan program KB berada dalam lingkungan keluarga yang potensial, harus kita galang, diajak bersatu padu dan bekerja keras. Dengan persatuan dan kerja keras, bangsa Indonesia mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk segera bangkit kembali. Dengan pertolongan guru yang tersebar di seluruh Indonesia, pembangunan penduduk, atau pembangunan manusia, dengan hak-hak asasi dan kewajibannya, bisa dilakukan dengan lebih gegap gempita.

Pembangunan manusia dan hak-hak asasi manusia mempunyai visi dan tujuan yang sama bahwa keduanya adalah untuk menjamin kebebasan, kesejahteraan dan kehormatan untuk semua orang dimanapun mereka berada. Pembangunan manusia sebagai suatu proses pengembangan kemampuan manusia – untuk mengembangkan pilihan dan kesempatan sehingga setiap orang dapat hidup sejahtera dan terhormat menjadi sangat relevan dalam konteks hak-hak azasi manusia yang menempatkan kehormatan pada harga diri manusia. Karena itu keduanya menjamin hal-hal sebagai berikut :

o Kebebasan dari diskriminasi – baik dalam hubungan dengan jender, ras, etnik, asal-usul kebangsaan atau agama;
o Kebebasan untuk memenuhi kebutuhan untuk suatu kehidupan yang sejahtera;
o Kebebasan untuk mengembangkan diri dengan potensi diri yang memadai;
o Kebebasan dari rasa takut;
o Kebebasan dari ketidakadilan;
o Kebebasan berpikir, berbicara serta berpartisipasi dalam mengambil keputusan dan berorganisasi;
o Kebebasan untuk bekerja yang wajar tanpa eksploitasi.

Secara operasional, pengembangan manusia adalah suatu proses yang memungkinkan setiap individu bisa memenuhi pilihannya dengan bijaksana karena sebagai manusia bisa berfungsi dan mempunyai kemampuan yang lebih baik. Karena itu pengembangan manusia harus diterjemahkan sebagai upaya memperbaiki fungsi dan kemampuan manusia. Dengan demikian pengembangan manusia adalah sesungguhnya menghantar setiap individu untuk bisa hidup lebih sehat, lebih lama, lebih profesional, lebih sejahtera dan terhormat.

Disamping itu pengembangan manusia harus juga disikapi dengan komitmen membuka kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, keamanan, hidup lebih lestari, yang dengan sendirinya terjamin hak-hak asasinya untuk bisa hidup dengan penuh prakarsa, produktif, bisa menikmati kehormatan pribadi serta diakui oleh masyarakatnya dalam kesejukan. Komitmen itu harus membuka kemungkinan pengembangan manusia sebagai suatu proses pengembangan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia.

Alasannya sederhana, ketidakmampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya menyebabkan seseorang tersebut tidak bisa memenuhi keinginannya untuk hidup sehat lebih lama, lebih mampu dan dengan sendirinya menghilangkan kebebasan dan kesempatannya untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Oleh karena itu kemiskinan menghilangkan hak-hak asasi manusia. Dengan demikian upaya yang jelas-jelas diarahkan untuk pengembangan manusia akan meniadakan kekurangan-kekurangan itu sehingga seseorang akan mampu menikmati hak-hak asasinya dengan baik.

Dalam suasana seperti itu, lebih-lebih dalam suasana untuk bisa ikut serta menyelesaikan kemelut multidemensi yang sangat menggelisahkan, pimpinan sekolah, guru dan masyarakat sekitar sekolah mendapat kesempatan untuk membawa anak didik dan masyarakatnya maju bersama-sama sehingga jarak antara keduanya makin menyempit. Kalau langkah itu yang ditempuh maka sekolah harus bisa menjadi pusat pertumbuhan sosial, ekonomi dan budaya bangsa. Cita-cita itu dapat diwujudkan apabila mendapat dukungan politik, baik dari dalam negeri maupun dukungan internasional dalam era globalisasi yang sangat dinamik dewasa ini.

Cita-cita itu makin bermakna dengan dikembangkannya otonomi daerah, dimana kepemimpinan dan perencanaan serta pengelolaan pembangunan menjadi sangat dekat dengan sasarannya. Dalam alam otonomi daerah itu terbuka kesempatan mengembangkan kebijaksanaan pembangunan yang reformatif. Proses pembangunan yang biasanya sentralistik dapat disempurnakan menjadi suatu proses yang desentralistik dengan menempatkan manusia dan keluarga sebagai titik sentral pembangunan. Penempatan manusia sebagai titik sentral pembangunan tersebut memungkinkan adanya kesempatan menempatkan manusia dan keluarga sebagai obyek yang sekaligus dikembangkan menjadi subyek pembangunan. Proses ini sekaligus dapat dilakukan dengan menyempurnakan pendekatan yang lebih manusiawi didasarkan atas pengertian dan paradigma pengembangan manusia dan hak-hak asasinya.

Untuk itu kita harus sepakat dan memberikan komitmen politik yang tinggi agar penduduk menjadi titik sentral pembangunan. Setiap penduduk dapat diberdayakan sesuai dengan aspirasi dan cita-citanya menjadi kekuatan pembangunan yang bermoral, bermutu dan mampu sehingga mempunyai pilihan yang beragam dan karenanya dapat mencapai cita-citanya secara demokratis.

Sebagai langkah awal, guru yang selama ini terkenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, perlu mendapat perhatian dan dukungan yang memadai agar bisa memberikan dukungan pemberdayaan yang cocok dengan aspirasi setiap anak didiknya, lingkungan setempat, tantangan jaman dengan ragam globalisasinya, serta kesempatan yang terbuka. Dengan perhatian dan dukungan itu, guru masa depan harus mampu ikut serta memberikan pembekalan sesuai dengan tuntutan jaman dan bahkan memberikan pembekalan mendahului tantangan jamannya. Guru tidak bisa lagi mengulang pelajaran yang sama dari tahun ke tahun, tetapi harus berorientasi masa depan dan lebih ke depan lagi karena mereka harus membantu anak didiknya mendahului jamannya. Karena itu pemberdayaan sumber daya manusia harus dimulai dari pemberdayaan dan dukungan yang memadai untuk para guru.

Pada tingkat pertama guru harus mendapat dukungan untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. Secara reguler para guru harus kembali ke ruang kelas atau ruang kuliah untuk mendapat penyegaran dalam bidang ilmu dan ketrampilan untuk menyegarkan ilmu dan pengetahuannya. Kemampuan guru yang tinggi atas ilmu dan pengetahuan itu memungkinkan setiap guru bisa menjadi pengantar pemberdayaan yang terpercaya dari para siswanya. Pendidikan dan pengajaran jaman kini kiranya berbeda dengan masa lalu karena para guru harus bisa menciptakan suasana yang kondusif untuk pengembangan prakarsa dan dinamika agar setiap siswa didik bisa menjadi manusia berbudi pekerti luhur, unggul dan sanggup bersaing dalam alam global yang penuh tantangan dan kesempatan.

Guru harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi serta sanggup bergaul dengan masyarakat secara terhormat. Karena itu kesejahteraannya harus mendapat perhatian yang wajar agar rasa percaya diri itu dapat tumbuh dan mendorong kemampuan untuk memperluas pergaulan diantara masyarakat nasional dan global secara terhormat. Dengan menjadikan guru dan sekolah sebagai pusat pengembangan sosial budaya masyarakat maka guru akan mempunyai peran ganda, menjadi guru untuk anak-anak didiknya, serta sekaligus menjadi sahabat untuk para orang tua dan masyarakat pada umumnya. Konsekwensinya sekolah dan guru harus menjadi pusat-pusat pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Agar bisa sampai ke posisi tersebut dengan mulus, setiap sekolah secara bertahap harus dilengkapi dengan sarana yang memadai. Sarana utama yang diperlukan adalah untuk menjadikan gugus sekolah sebagai pusat pengembangan anak didik siap mandiri. Sekolah harus menjadi prototip dari usaha dagang, usaha industri, dan usaha ekonomi produktif yang kiranya bisa diikuti dengan mudah oleh anak didik di masa depan. Untuk usaha yang lebih luas, sekolah harus membina kemitraan dengan usaha dagang, usaha industri dan usaha produktip lain di masyarakat luas agar memungkinkan anak didik ikut magang dalam usaha-usaha yang berhasil.

Dengan cara itu setiap anak didik mendapat dukungan proses pemberdayaan sejak dini dan dalam pertumbuhannya mendapat kesempatan mengikuti perkembangan kultur dunia usaha secara langsung. Partisipasi langsung seperti itu akan lebih bermakna dibandingkan dengan pelajaran teori yang berkepanjangan tanpa contoh konkrit yang jelas dan mudah ditiru.

Sekolah dan sekitarnya akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang marak. Anak didik dan gurunya akan bergaul dengan masyarakat yang kegiatan ekonominya sangat tinggi, sehingga suasana sekolah seperti suasana pendidikan ketrampilan dalam bidang ilmu, tehnologi dan praktek langsung di lapangan yang tidak jauh dari sekolahnya. Penduduk desa di sekitarnya, yang karena sesuatu hal mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah, dengan anak-anaknya, akan mendapat stimulus yang luar biasa karena setiap hari bergaul dengan murid dan guru serta semangat yang tinggi untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan aplikasinya yang praktis di lapangan.

Semangat ini harus dibarengi dengan rangsangan untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini dengan baik. Kalau pada waktu ini baru sekitar 7 – 8 persen anak usia dini mengikuti pendidikan di sekolah, maka dengan adanya rangsangan dari kakak-kakaknya, diharapkan anak-anak usia dini itu akan segera tertarik untuk ikut bersekolah. Lebih dari itu, masyarakat yang makin sibuk dengan usaha ekonomi produktif akan makin mau dan rela melepaskan anak-anaknya sejak usia dibawah lima tahun untuk bersekolah. Pada usia inilah kemampuan intelektual dapat dikembangkan dengan baik. Pada usia inilah spontanitas dan kemampuan pengembangan prakarsa dapat dirangsang dan dikembangkan dengan baik. Lebih dari itu para orang tua akan makin menghargai dan merelakan anak-anaknya untuk bersekolah setinggi-tingginya.

Pada tahap berikutnya, para guru dan sekolah harus bersama-sama masyarakat mengembangkan jaringan yang lebih luas jangkauannya. Pengembangan jaringan yang lebih luas ini memungkinkan setiap sekolah dengan seluruh “civitas akademisnya” mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha. Sekolah dan masyarakat dapat mengembangkan kegiatan ekonomi koperasi yang dinamis. Sekolah tidak saja menjadi pusat pengembangan yang dibiayai oleh pemerintah atau yayasannya, dalam hal sekolah swasta, tetapi mendapat dukungan dari dunia usaha berupa dana abadi untuk peningkatan mutu pendidikan pengajaran dan kesejahteraan guru serta seluruh aparat lainnya.

Dengan berbagai macam pengembangan pemberdayaan anak didik seperti itu, maka guru, pahlawan tanpa tanda jasa, harus mendapat perhatian ganda. Guru harus mendapat dukungan peningkatan kemampuan intelektualnya, sekaligus mendapat perhatian peningkatan kesejahteraannya. Tanpa dukungan pemberdayaan ganda itu niscaya sumber daya manusia yang melimpah jumlahnya di tanah air ini, tidak akan ada manfaatnya. Bagi Indonesia, peningkatan anggaran untuk bidang pendidikan, yaitu untuk sekolah, peralatan, guru dan pemberdayaan masyarakat, bukan 20 persen, tetapi 50 – 60 persen, dan harus ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat luas. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Pengamat Masalah Sosial Kemasyarakatan)-PGRI-12Juli2003()

qA1/B2/D1

Berita Sebelumnya :

Tidak ada komentar: